Minggu, 25 Juni 2017

Mendesain Lingkungan Fisik Kelas (Resume 3)

Kita kadang memikirkan tentang manajemen kelas yang efektif, guru yang tidak berpengalaman terkadang telah mengabaikan lingkungan fisik. Desain lingkungan fisik kelas adalah lebih dari sekedar penataan barang-barang di kelas.

Prinsip Penataan Kelas
Terdapat emapat prinsip dasar yabng dapat dipakai untuk menata kelas (Evertson, Emmer & Worsham,2003):


  1. Kurangi kepadatan kelas. Gangguan dapat terjadi di daerah yang sering dilewati.
  2. Pastikan bahwa anda dapat dengan mudah melihat semua murid. Tugas manajemen yang penting adalah memonitori murid secara cermat.
  3. Materi pengajaran dan pelengkapan murid harus mudah diakses. Akan meminimalkan waktu persiapan dan perapian dan mengurangi kelambatan dan gangguan aktivitas.
  4. Pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas. Tentukan dimana murid akan berada saat presentasi kelas diadakan.
Gaya Penataan
Dalam memikirkan bagaimana cara anda mengorganisasikan ruang fisik kelas, Anda ahrus bertanya kepada diri sendiri tipe aktivitas pengajaran apa yang akan diterima murid.

Penataan Kelas Standar. Terdapat sejumlah gaya penataan kelas, yaitu auditorium, tatap muak, off-set, seminar dan klaster.
  1. Gaya auditorium. Gaya sususan kelas dimana semua murid duduk menghadap guru.
  2. Gaya tatap muka. Gaya susunan kelas dimana semua murid saling menghadap.
  3. Gaya off-set. Gaya susunan kelas dimana semua murid duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain.
  4. Gaya seminar. Gaya susunan kelas dimana semua murid duduk di susunan berbentuk lingkaran atau persegi atau berbentuk U.
  5. Gaya klaster. Gaya susunan kelas dimana semua murid bekerja dalam kelompok kecil.

Susunan meja yang mengelompok akan mendorong interaksi sosial diantara murid. Sebaliknya susunan meja yang berbentuk lajur akan mengurangi interaksi sosial diantara murid  yang mengarahkan perhatian murid kepada guru. Menata meja dalam lajur-lajur dapat bermanfaat bagi murid ketika mereka harus mengerjakan tugas secara sendiri-sendiri dan sedangkan meja yang dikelompokkan akan membantu proses belajar yang kooperatif. Dikelas dimana bangkungan ditata dalam lajur-lajur, guru juga lebih mungkin untuk berinteraksi dengan murid yang duduk di deret depan dan tengah (Adams & Biddle, 1970).

Personalisasi Kelas
Menurut pakar manajemen kelas Carol Weinstein dan Andrew Mignano (1997), kelas sering kali mirip dengan kamar motel yang nyaman, tetapi impersonal, tidak mengungkapkan apa pun tentang orang yang menggunakan ruang tersebut. Anonimitas semacam itu biasanya terjadi dikelas sekolah menengah, diaman enam atau tujuh kelas mengkin menggunakan ruangan selama satu hari. Untuk mempersonalisasikan kelas, pasang foto murid, karya seni, tugas, diagram, tanggal lahir murid (untuk murid SD) dan ekspresi murid lain yang positif. 
Tak satupun kelas yang dideskripsikan akan sama persis dengan kelas anda. Akan tetapi, prinsip dasar yang diapaparkan dapat membantu dalam menciptakan susunan kelas yang optimal untuk pembelajaran.

Berikut ini akan sedikit dijelaskan tentang mengelola aktivitas secara efektif
Mengelola Aktivitas Kelas Secara Efektif
Kounin menyimpulkan bahwa guru yang efektif berbeda dengan guru yang tidak efektif, bukan dalam cara mereka merespon perilaku menyimpan murid, tetapi berbeda dalam cara mereka mengelola aktivitas kelompok secara kompeten. Dibawah ini akan dijelaskan beberapa perbedaan antara menajer kelompok kelas yang efektid dan tidak efektif. Manajer kelas yang ekfektif:
  1. Menunjukkan seberapa jauh mereka "mengikuti". Guru seperti ini akan selalu memonitori murid secara reguler.
  2. Atasi situasi tumpang tindih secara efektif. Kounin mengamati bahwa beberap guru tampaknya berpikir sempit, hanya menangani satu hal dalam satu waktu
  3. Menjaga kelancaran dan kontinuitas pelajaran. Manajer yang efektif akan menjaga aliran pelajaran tetap lancar, mempertahankan minat murid dsan tidakk menjaga murid agar tidak mudah terganggu.
  4. Libatkan murid dalam berbagai aktivitas yang menantang. Kounin juga mengemukakan bahwa manajer kelas yang efektif melibatkan murid dalam berbagai tantangan tetapi bukan pula aktivitas yang sulit. Murid sering bekerja secar independen ketimbang diawasi oleh guru.

Sekian dulu yang dapat saya sampaikan semoga bermanfaat ☺

Kamis, 22 Juni 2017

Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (Resume 2)


Siapakah anak yang menderita ketidakmampuan itu????

     Kurang lebih 11% anak dari usia 6 sampai 17 tahun di Amerika Serikat mendapatkan pendidikan atau pelayanan yang khusus.
Istilah dari ketidakmampuan (disability) dan cacat (handicap) dapat dipakai bersama-sama, namun kini kedua istilah tersebut telah di bedakan. Disability adalah keterbatasan fungsi yang membatasi kemampuan seseorang, sedangkan handicap adalah kondisi yang dinisbahkan pada seseorang yang menderita ketidakmampuan. Kondisi tersebut boleh jadi disebabkan oleh masyarakat, lingkungan fisik atau sikap orang itu sendiri (Lewis, 2002).
     Para pendidik lebih sering menggunakan istilah "children with disabilities" (anak yang menderita gangguan atau ketidakmampuan) daripada "disabled children" (anak cacat). Tujuannya adalah memberikan penekanan pada anaknya, bukan pada cacat atau ketidakmampuannya. Anak-anak yang menderita ketidakmampuan juga tidak lagi disebut sebagai "handicapped" (penyandang cacat), walaupun istilah handicapping condition masih digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan hambatan belajar dan hambatan fungsi dari seseorang yang mengalami ketidakmampuan.
      Kita dapat mengelompokkan ketidakmampuan dan gangguan (disorder) tersebut sebagai berikut:
  • Gangguan organ indera (sensory)
  • Gangguan fisik
  • Retardasi mental
  • Gangguan bicara dan bahasa
  • Gangguan belajar (learning disorder)
Gangguan Indera: Mencakup gangguan atau kerusakan penglihatan dan pendengaran
  • Gangguan Penglihatan: Jika kita melihat anak murid yang sering memicingkan matanya, membaca buku dengan jarak yang terlalu dekat, sering mengucek-ucek matanya dan sering mengeluh karena pandangannya kabur atau suram, maka dari itu dapat kita beri tahu untuk segera memeriksa matanya. Kebanyakan dari mereka diminta untuk memakai kacamata. Ada beberapa anak murid yaitu sekita 1 dari 1000 anak murid menderita gangguan visual yang serius dan dikategorikan penglihatannya rusak. Ini termasuk murid yang menderita low vision dan murid buta. Anak-anak yang menderita low vision mempunyai jarak pandang antara 20/70 dan 20/200 (pada skala Snellen dimana angka normalnya adalah 20/20) apabila dibantu oleh lensa korektif. Anak yang low vision dapat membaca buku dengan huruf yang besar-besar atau dengan bantuan kaca pembesar. Anak yang buta secara edukasional tidak bisa menggunakan penglihatan mereka untuk belajar dan harus menggunakan pendengaran dan setuhan untuk belajar. Banyak anak buta mempunyai suatu kecerdasan normal dan berprestasi secara akademik apabila mereka diberi dukungan dan bantuan belajar yang baik. Namun, multiple blind disabilities bukan hal yang aneh dalam diri anak murid yang tergolong educationally blind. Anak murid yang menderita bermacam-macam ketidakmampuan ini sering kali membutuhkan berbagai jenis bantuan untuk memenuhi pendidikan mereka. 
  • Gangguan Pendengaran: Gangguan pendengaran dapat menyulitkan proses belajar anak. Anak yang tuli secara lahir atau menderita tuli pada saat masih anak-anak biasanya lemah dalam kemampuan berbicara dan bahasanya. Biasanya anak yang mengalami gangguan pendengaran anak tersebut menempelkan telinganya ke speaker, sering minta untuk mengulangi penjelasan, tidak mengikuti perintah, sering mengeluh sakit di telinga serta merasa dingin dan juga alergi. Banyak anak yang memiliki masalah pada pendengaran mendapatkan pengajaran tambahan diluar kelas yang biasanya. Pendekatan pendidikan untuk membantu anak yang mempunyai masalah pada pendengaran terdiri dari dua kategori yaitu pendekatan oral dan pendekatan manual. Pendekatan oral antara lain menggunakan metode membaca gerak bibir, speech reading (menggunakan alat visual untuk mengajar membaca) dan sejenisnya. Pendekatan manual antara lain menggunakan bahasa isyarat dan mengeja jari (finger spelling). Bahasa isyarat adalah sistem gerakan tangan yang melambangkan kata sedangkan pengejaan jari adalah "mengeja" setiap kata dengan menandai setiap huruf dari satu kata. Pendekatan oral dan pendekatan manual dipakai bersama untuk mengajar anak murid yang mengalami gangguan pada pendengaran (Hallahann & Kauffman, 2000).
Berikut ini adalah jenis-jenis SLB:
  1. SLB A: Tuna Netra (3-7 tahun, tidak lebih dari 14 tahun)
  2. SLB B: Tuna Rungu (5-11 tahun)
  3. SLB C: Tuna Grahita (Retardasi Mental). IQ: 50-70, C1= IQ: 25-50 (Ringan)
  4. SLB D: Tuna Daksa (cacat fisik). D1= IQ<Normal
  5. SLB E: Tuna Laras (mengalami kesulitan menyesuaikan diri atau pernah melakukan kejahatan, usia 6-18 tahun).
Gangguan Fisik: Mencakup gangguan ortopedik (celebral palsy) yaitu cedera di otak dan gangguan kejang-kejang
  • Gangguan Ortopedik: Biasanya berupa keterbatasan gerak atau kurang mampu mengontrol gerak karena ada masalah pada otot, tulang dan sendi. Celebral palsy adalah lemahnya koordinasi otor, dan tubuh sangat goyah atau bicaranya tidak jelas.
  • Gangguan Kejang-kejang: Biasanya dijumpai adalah epilepsi, yaitu gangguan saraf yang biasanya ditandai dengan serangan terhadap sensorimotor.
Retardasi Mental: Kondisi dimana sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengam rendahnya kecerdasan (IQ dibawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari.

Gangguan Bicara dan Bahasa: Mencakup gangguan artikulasi, gangguan suara, gangguan kefasihan dan gangguan bahasa
  • Gangguan Artikulasi: Masalah dalam melafalkan suara secara benar.
  • Gangguan Suara: Gangguan dalam menghasilkan ucapan yaitu ucapan yang keras, kencang, terlalu tinggi atau rendah nadanya.
  • Gangguan Kefasihan: Biasany disebut gagap.
  • Gangguan Bahasa: Kerusakan signifikan dalam bahasa reseptif atau bahasa ekspresif anak.
Ketidakmampuan Belajar (learning disability): Ketidakmampuan dimana anak intelejensinya        normal atau rata-rata, kesulita dalam satu atau lebih mata pelajaran, tidak punya masalah atau gangguan lain seperti retardasi mental yang menyebabkan kesulitan.





Sekian dulu yang dapat saya sampaikan semoga bermanfaat ☺

Rabu, 21 Juni 2017

Paedagogi dan Andragogi (Resume 1)

➤ANDRAGOGI
 Andragogi adalah bentuk pembelajaran orang dewasa dan telah digunakan secara luas dalam rancangan program pelatihan organisasi, khususnya untuk dominan keterampilan lunak (soft skill), seperti pengembangan manajemen. Seni mengajar orang dewasa berlaku di semua tempat, ketika peserta didik atau warga menunjukkan tanda-tanda  kedewasaan yang lebih baik. Maka dari itu aplikasi andragogi berlaku pada ruang-ruang kursus, pelatihan, pembekalan, bimbingan khusus, bimbingan profesional, pemberantasan buta aksara, keaksaraan fungsional dan lain sebagainya. Knowles (1984) memberikan contoh penerapan prinsip-prinsip andragogi dengan desain pelatihan seperti berikut:


  1. Ada kebutuhan untuk menjelaskan mengapa hal-hal tertentu yang diajarkan.
  2. Pengajaran harus berorientasi pada tugas yang bermakna bukan menghafal. Kegiatan belajar harus berada dalam konteks tugas umum yang akan dilakukan.
  3. Pengajaran harus mempertimbangkan berbagai latar belakang yang berbeda dari peserta didik, bahan belajar dan kegiatannya harus memungkinkan berbagai tingkat atau jenis pengalaman sebelumnya.
  4. Orang dewasa cenderung mandiri, maka pengajaran harus memungkinkan pembelajar menemukan hal-hal untuk diri mereka sendiri, serta memberikan bimbingan dan bantuan ketika ada kesalahan yang diperbuat.
Berikut ini adalah asumsi-asumsi menurut Knowles bagi pembelajaran orang dewasa:
  1. Kebutuhan untuk tahu, yaitu peserta didik atau pelajar dewasa perlu mengetahui mengapa mereka harus mempelajari sesuatu sebelum melakukan untuk mempelajarinya.
  2. Konsep diri, yaitu pelajar dewasa harus bertanggung jawab atas keputusan mereka sendiri dan harus diperlakukan sebagai diri pribadi yang mampu menentukan arah dirinya.
  3. Peran pengalaman belajar, yaitu pelajar dewas memiliki berbagai pengalaman hidup yang imerupakan sumber terkaya bagi dirinya untuk belajar. Tetapi, pengalaman tersebut diilhami dengan bias dan prasangka.
  4. Kesiapan untuk belajar, yaitu peserta didik atau pelajar dewasa siap untuk belajar hal-hal yang perlu mereka ketahui agar dapat mengatasi dengan secara efektif situasi kehidupannya.
  5. Orientasi belajar, yaitu peserta didik atau pelajar dewasa termotivasi untuk belajar apabila mereka merasa bahwa materi yang dipelajari tersebut akan membantu mereka menjalankan tugas-tugas yang dihadapinya sesuai dengan situasi kehidupan mereka.

➤PAEDAGOGI
 Paedagogi adalah suatu ilmu dan seni dalam mengajar anak-anak. Dan dalam perkembangan selanjutnya istilah paedagogi berubah menjadi ilmu dan seni mengajar.

Berikut ini adalah perbedan antara andragogi dan paedagogi


ANDRAGOGI
PAEDAGOGI
  1. Pembelajar disebut “Peserta Didik” atau “Warga Belajar”
  2. Gaya belajar independen
  3. Tujuan fleksibel
  4. Menggunakan metode pelatihan aktif
  5. Pembelajar mempengaruhi waktu dan  kecepatan
  6. Keterlibatan atau kontribusi peserta sangat penting
  7. Diasumsikan bahwa peserta didik memiliki pengalaman untuk berkontribusi
  8. Belajar terpusat pada masalah kehidupan nyata
  9. Peserta dianggap sebagai sumberdaya utama untuk ide-ide dan contoh

  1. Pembelajar disebut “Siswa” atau “Anak Didik”
  2. Gaya belajar dependen
  3. Tujuan ditentukan sebelumnya
  4. Metode pelatihan pasif, seperti metode kuliah atau ceramah
  5. Guru mengontrol waktu dan kecepatan
  6. Peserta berkontribusi sedikit pengalaman
  7. Diasumsikan bahwa siswa tidak berpengalaman atau kurang informasi
  8. Belajar terpusat pada isi atau pengetahuan teoritis
  9. Guru sebagai sumber utama yang memberikan ide-ide dan contoh



  Malcon S. Knowles menyajikan secara lebuh rinci asumsi dan proses paedagogi untuk dibedakan dengan andragogi, sebagi berikut:


Asumsi Paedagogi
Asumsi Andragogi
            Konsep Diri
Ketergantungan
Peningkatan arah-diri atau kemandirian
         Pengalaman
Beharga kecil
Pelajar merupakan sumber daya yang kaya untuk belajar
         Kesiapan
Tugas perkembangan; tekanan soaial
Tugas perkembangan; peran social
         Perspektif waktu
Aplikasi ditunda
Kecepatan aplikasi
         Orientasi untuk           belajar
Berpusat pada substansi mata pelajaran
Berpusat pada masalah
         Iklim belajar
Berorientasi otoritas, resmi dan kompetitif
Mutualitas/ pemberian pertolongan, rasa hormat, kolaborasi dan informal
         Perencanaan
Oleh guru
Reksa (mutual) diagnosis diri
         Perumusan tujuan
Oleh guru
Reksa negoisasi
         Desain
Logika materi pelajaran, unit konten
Diurutkan dalam hal kesiapan unit masalah
         Kegiatan
Teknik pelayanan
Teknik pengalaman (penyelidikan)
         Evaluasi
Oleh guru
Reksa diagnosis kebutuhan dan reksa program pengukuran



Sekian dulu yang dapat saya sampaikan semoga bermanfaat ☺

Selasa, 11 April 2017

Tugas Observasi Psikologi Pendididikan

TUGAS OBSERVASI : Psikologi Pendidikan

OBSERVASI PSIKOLOGI PENDIDIKAN
TOPIK : Pendidikan Anak Usia Prasekolah
JUDUL : Pendidikan Prasekolah di Perguruan Islam Nurul ‘Azizi
KELOMPOK 1 :
1.Karyani Marlis Halawa (161301004)
2.Sofyan Sahuri Harahap (161301013)
3.Nabilah Alwani (161301023)
4.Anjelica (161301034)
5.Daniella  Precylia (161301050)
6.Naufal Ilham Hrp (161301069)
7Novita Sari Marbun (161301070)


BAB I : PERENCANAAN
1.1. Pendahuluan
Tujuan utama pendidikan prasekolah adalah membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar. Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa fungsi pendidikan pra sekolah, yang mana salah satu diantaranya adalah untuk menyiapkan anak didik memasuki pendidikan dasar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa selain bertujuan dan berfungsi untuk menstimulasi tumbuh kembang anak, pendidikan pra-sekolah sesungguhnya juga berperan penting untuk mengembangkan kesiapan anak didik dalam memasuki pendidikan sekolah dasar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mengikuti pendidikan pra-sekolah memperlihatkan prestasi belajar yang lebih baik di sekolah dasar dibandingkan dengan murid-murid yang tidak mengikuti pendidikan pra-sekolah. Sehingga hal tersebut membuat para orang tuatua berlomba-lomba memasukkan anak-anaknya ke pendidikan prasekolah.
1.2. Landasan Teori
Maria Montessori mengemukakan pendapatnya bahwa:
a. Menghargai anak, artinya proses pengembangan yang dilaukan pada anak usia dini harus memperhatikan keunikan yang dimiliki setiap anak.
b. Absorbent mind (pemikiran yang cepat menyerap) artinya setiap informasi yang diterima anak melalui indranya akan mudah terserap, sehingga pendidik harus lebih cermat dalam berperilaku didepan anak.
c. Sensitive periods (masa kepekaan) yakni keterampilan anak akan berkembang optimal pada masa tertentu dan hanya akan terjadi sekali serta tak dapat diulang.

Menurut para ahli, anak usia ini merupakan anak diusia “golden age”, dimana masa ini tidak dapat diulang kembali. Masa ini dimulai dari usia 0-6 tahun. Adapun diantara masa ini terdapat masa “Anak Prasekolah”  yakni anak berumur 3-6 tahun (Biechler dan Snowman, 1993). Menurut Snowman, ciri anak prasekolah meliputi :


1. Ciri Fisik
Anak masa prasekolah cenderung akan aktif dalam setiap kegiatannya karena dalam benaknya tujuan utama bermain bersama teman sebayanya. Namun ada juga yang aktif dengan kegiatannya sendiri. Anak laki-laki lebih mampu melakukan kegiatan motorik kasar yakni melibatkan otot-otot tubuh yang besar seperti melompat, menendang, dan lainnya. Sedangkan anak perempuan akan lebih lihai dalam melakukan kegiatan motorik halus yakni bagian tubuh tertentu bergerak terbatas dan menghasilkan respon yang tepat. Koordinasi neuromusculer yang terlibat dalam keterampilan gerak halus biasanya berhubungan dengan koordinasi mata dan tangan. Contohnya mewarnai, menulis, menggambar, dan sebagainya. Perkembangan motorik akan terus berkembang sejalan dengan bertambahnya usia anak.
2. Ciri Kognitif
Anak masa prasekolah sangat senang membangun komunikasi dengan teman sebaya dan orang lain. Anak juga belajar mengasah kemampuannya yang ia lihat dari perilaku temannya.
3. Ciri Sosial
Anak usia dini akan senang berinteraksi dan berteman dengan banyak orang. Ia akan lebih cepat untuk menyesuaikan diri dengan orang disekitarnya. Meskipun tak jarang terjadinya pertengkaran dan perselisihan yang terjadi dengan temannya, namun hal itu hanya sementara dan akan kembali seperti semula.
4. Ciri Emosional
Anak cenderung mengekspresikan dirinya tanpa batas dan bebas selayaknya anak usia dini yang masih sangat polos dengan segala keluguan yang dimilikinya akan berperilaku dengan jujur

1.2.1 Pendidikan Prasekolah

Menurut UU RI No. 2 tahun 1989 mengenai Sistem Pendidikan Nasional Pasal 12 ayat 2 mengatakan bahwa pendidikan prasekolah adalah masa pendidikan yang terselenggara untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan, dan keterampilan yang melandasi pendidikan dasar serta mengembangkan diri secara utuh sesuai asas pendidikan sedini mungkin dan seumur hidup. Dalam pendidikan prasekolah, anak akan identik dengan bermain. Bermain sendiri terbagi atas 3 yaitu :
a. Bermain bebas, yaitu anak dalam kegiatan bermainnya diberi kebebasan melakukan berbagai permainan dengan caranya sendiri
b. Bermain dengan bimbingan, yaitu kegiatan bermain anak dipilihkan oleh pendidiknya dengan tolok ukur dari pendidik itu sendiri
c. Bermain dengan pengarahan, yaitu kegiatan bermain anak telah disusun oleh pendidik dan anak wajib mengikuti arahan dari pendidik untuk menyelesaikan suatu tugas
1.3. Alat/Bahan
· Kamera
· Pulpen
· Buku

1.4. Analisis Data  

Data diperoleh melalui kegiatan observasi langsung di lembaga pendidikan prasekolah yang telah ditentukan. Data yang telah diperoleh akan diolah sesuai dengan teori pendidikan anak prasekolah.

1.5. Sampel Penelitian dan Tempat Pengambilan Data

Sampel : Siswa dan guru kelas TK-A Kelas Cempaka di Perguruan Islam Nurul ‘Azizi.
Tempat :  Jalan Suka Elok No. 10, Suka Maju, Medan Johor, Kota Medan.

BAB 2 : PELAKSANAAN
2.1 SISTEMATIS PELAKSANAAN PENELITIAN
06 Maret 2017:  Diskusi Pemilihan Topik
06 Maret 2017:  Diskusi Pemilihan Judul dan Teori
24 Maret 2017:  Observasi
26 Maret 2017:  Pengolahan Data
03 April 2017:  Diskusi Kelompok
09 April 2017:  Posting Blog
BAB 3 :  LAPORAN DAN EVALUASI DATA
3.1 LAPORAN
3.1.1 Jadwal Kegiatan (Jum’at, 24 Maret 2017)
· 08:00-08:45  : Berbaris, Bernyanyi bersama, Berinfaq, Senam pagi bersama dan Event Bussines  Day
· 09:00-09:45  :  Masuk kelas pertama diselingi dengan perkenalan dan Membuat kolase
· 09:45-10:05  :  Istirahat, Berdo’a bersama sebelum makan, cuci tangan dan makan bersama
· 10:05-10:10 :  Meletakkan tempat bekal kedalam tas dan Berdo’a bersama setelah makan
3.1.2 Sistematika Observasi
1. Kelompok observasi di di Sekolah Tk Nurul Azizi pukul 07:45
2. Pada pukul 08:00, anak anak murid berbaris, kemudian mereka bernyanyi dan kemudian mereka memberikan sedikit uang saku mereka untuk berinfaq.


3. Pukul 08:30, anak anak murid melakukan senam, dan senam itu merupakan variasi baru dari salah satu ustadzah dan dibimbing oleh 15 ustadzah lainnya hingga selesai. Setelah itu, pada pukul 08:45, diadakannya sebuah event yaitu bussines day, yaitu mengajarkan anak anak murid untuk jual beli. Pada saat itu kelas A yang berjualan dan kelas B yang menjadi pembeli, dan makanan tersebut untuk sarapan mereka.
         






KELAS CEMPAKA
Kami mendapat tugas untuk mengobervasi Kelas Cempaka. Kelas itu terdiri dari 16 murid dan terdapat 2 anak murid yang tidak hadir, satu diantaranya sakit dan satunya lagi sedang ada kegiatan khataman qur’an.

1. Pukul 09:00, anak anak murid masuk ke kelasnya masing masing. Setelah sampai dikelasnya masing masing, para usradzah mempersilahkan anak anak murid untuk makan makanan yang telah dibeli pada bussines day tadi.

2. Pada pukul 09.15 anak murid untuk Kelas Cempaka akan belajar tentang membuat majalah atau membuat kolase,. Kemudian ustadzah Nurul, ustadzah Devi dan ustadzah Rita mengajak kepada semua anak  murid untuk menawarkan makanannya kepada kami. Kemudian kami dipersilahkan oleh ustadzah untuk memperkenalkan diri dan semua murid di instruksikan untuk mendengar dan memperhatikan. Setelah itu, semua murid juga dipersilahkan untuk memperkenalkan diri mereka masing-masing satu per satu.
   


3. Pada pukul 09:20,  para ustadzah memberikan instruksi kepada murid untuk duduk yang rapi. Setelah duduk dengan rapi, Ustadzah Nurul membagikan satu per satu kepada murid sebuah kertas origami, kertas putih, pensil, penghapus dan lem. Tetapi sebelumnya Ustadzah Nurul memberikan intruksi cara pengerjaan untuk membuat kolase yaitu ada sebuah kertas kecil berbentuk apel, dan akan mewarnai apel itu dengan mengunakan kertas origami berwarna hijau yang telah dirobek robek.
    

4. Setelah diberikan perangkat kerjanya masing-masing, mereka semua di suruh atau di instruksikan untuk membuat tanggal dan nama. Kemudian ada salah satu murid  yang menanggapi yaitu Zizo, “kenapa harus buat nama dan tanggal?” dan ustadzahnya pun menjawab “supaya tidak tertukar”.

Adapun anak murid yang kami amati,
 Zizo. Menurut kami dia memiliki penalaran yang kuat, mampu mengingat dengan cepat dan mampu menjawab pertanyaan ustadzah dengan benar. Namun dalam proses pengerjaan kreativitas dia terkesan lambat dan berhati-hati.

Zeya. Menurut kami dia merupakan tipe anak yang pemalu dan kurang aktif. Namun, dalam pengerjaan kreativitas dia dapat menyelesaikan dengan baik dan rapi dan dia adalah satu satunya anak murid yang selesai dalam tugas tersebut.

Haura. Menurut kami dia merupakan tipe anak yang saat mengerjakan sesuatu terkesan cepat, namun kurang rapi dan bila dia menemukan masalah seperti susah membuka tutup lem maka dia akan membantingnya.

5. Pada pukul 09:25, Ustadzah Nurul memberikan instruksi lagi bagaimana cara membuat lipatan yang nantinya akan di robek. Tapi ada satu murid yaitu haura, dia merasa tidak bisa melakukan lipatan garis , yang sudah diinstruksi ustadzah sebelumnya dan dia juga mengeluh karena tidak bisa. Setelah mereka semua membuat lipatan kertas dan merobeknya lagi dengan bentuk yang kecil. Lalu mereka diajarkan lagi cara untuk merobek dan menempelnya di kertas yang sudah ada bentuk apel tersebut. Ustadzah pun juga memberi instruksi supaya mereka memakai lemnya tidak banyak.
  


6. Ada salah satu murid dikelas cempaka diberi pujian dari Ustadzah Nurul yaitu Nadia anak yang pemalu juga pendiam, ustadzah memuji karena hasil pengerjaan Nadia sangatlah rapi dan ustadzah menunjukkannya kepada semua anak murid sebagai contoh.

7. Pada pukul 09:45, waktu pengerjaan kolase sudah selesai, tetapi semua kolase yang belum siap akan tetap dikumpul juga di meja ustadzah. Ustadzah Rita juga memberi instruksi kepada anak murid, yaitu jika ada origami yang tersisa harap dikumpulkan kembali kepada ustadzah beserta lem, pensil dan penghapus. Kemudian lembar kertas kerja juga dikumpulkan di dalam loker.






8. Pada pukul 09:45, anak anak murid semua berdo’a sebelum makan. Setelah berdo’a, mereka mencuci tangan dengan cara membuat barisan panjang terlebih dahulu. Lalu mereka mengambil bekal mereka masing masing. Pada sela sela makanan, para ustadzah juga mengajarkan bagaimana cara berbagi sesama teman.
            

  

9. Pukul 10:05, anak anak murid selesai makan, dan Ustadzah Rita menginstruksikan untuk meletakkan kembali tempat bekal mereka kedalam tas. Setelah itu mereka berdo’a setelah makan dan merapikan kursi dan meja. Kemudian mereka semua bergegas untuk keluar kelas untuk melakukan khatam qur’an.
     


EVALUASI

Kegiatan prasekolah menurut dasar kurikulum Froebel :

Gift : objek yang dapat digunakan anak sesuai instruksi guru, sehingga anak dapat belajar tentang bentuk, ukuran, warna dan menghitung. Anak-anak di TK Azizi tidak menggunakan objek langsung, mereka menggunakan objek dari kertas, seperti guru memberikan mereka gambar api unggun untuk memperkenalkan api unggun.
Occupation : materi untuk mengembangkan berbagai keterampilan, seperti menjahit sesuai pola, membuat bentuk mengitu pola, menggunting, menggambar, menempel dan melipat kertas, dll. Anak-anak TK Azizi sudah menerpakan konsep ini, seperti memotong kertas origami.
Nyanyian : Anak-anak TK Azizi melakukan kegiatan bernyanyi sebelum masuk ke dalam kelas.

Kegiatan prasekolah dilihat dari pemenuhan perkembangan fisik, kognitif, dan sosioemosional.
Fisik : Anak-anak di TK Azizi senam, menyanyi, berenang terlebih dahulu sebelum masuk ke kelas.
Kognitif : Anak-anak di TK Azizi juga melakukan business day pada saat kunjungan kelompok kami, yaitu kegiatan berjualan yang membutuhkan kognitif, di kelas anak-anak juga mewarnai dan menempel origami ke falam bentuk gambar yang disediakan.
Sosioemosional : Anak-anak di TK Azizi melakukan kegiatan bermain dengan teman-temannya untuk melatih perkembangan sosioemosionalnya.

TESTIMONI :
Nabilah Alwani : Menurut saya, pada pengalaman saya mengobservasi anak pra sekolah atau TK tidak begitu sulit. Karena menurut saya bahwa anak anak prasekolah dapat membuat saya lebih semangat lagi dalam observasi ini. Mereka sangat begitu antusias dalam menyambut kami baik itu dari pihak sekolah, para ustadzah dan anak anak muridnya. Dalam pengerjaan observasi ini, sangatlah berjalan dengan baik dari awal observasi hingga akhir observasi.
Daniella Precylia : Menurut saya, kegiatan observasi ini sangat menyenangkan. Dimana kita bisa mengamati kegiatan anak usia dini, mulai dari belajar, keterampilan, bermain dan berinteraksi dengan teman sebayanya. Ada juga kegiatan jual-beli yang dilakukan saat kami datang berkunjung ke sekolah ini. Hal itu sungguh melatih anak agar mampu terjun dalam masyarakat dan itu merupakan cara awal agar tidak terjadi kesulitandalam bersosialisasi. Anak-anak di sekolah ini pun sangat antusias dengan kedatangan kami. Bahkan ada yang malah asyik melihat kami mengamati mereka hingga tidak konsen melihat gurunya mengajar. Pihak sekolah pun menyambut kami dengan baik dan sangat membantu berjalannya kegiatan observasi ini, sehingga kegiatan observasi ini dapat berjalan dengan baik dan selesai tepat pada waktunya.
Novita Sari Marbun : Kegiatan observasi di TK Nurul Azizi merupakan saah satu kegiatan yang cukup menarik buat saya. Melalui observasi yang kami lakukan, saya bisa lebih mengenal bagaimana karakter murid-murid di sekolah TK. Saya juga bisa mengetahui bahwa anak-anak TK itu unik dan menyenangkan.
Anjelica : Observasi ini sangat menarik dan menambah pengalaman sehingga dapat melihat perkembangan fisik, kognitif dan sosioemosional dari anak-anak secara langsung.
Naufal Ilham Hrp : Menurut saya, observasi ini adalah hal yang baru bagi saya. Dengan adanya observasi ini, semakin memacu diri saya dalam memahami tingkah laku anak-anak. Berkaitan dengan topic yang diterima oleh kelompok, saya merasa sangat bahagia karena mengobservasi anak-anak TK, karena bagi saya banyak sekali tingkah laku anak-anak yang dapat diamati dan ini merupakan hal yang menambah ilmu pengetahuan saya.
Karyani Marlis : Menurut saya,Ini adalah pertama kalinya saja terjun langsung ke sekola mengobservasi anak- anak TK dan cukup menyenangkan anak-anak untuk diajak berinteraksi.Dan ustadxah beserta anak didik menyambuk kami dengan baik.Maka,dengan adanya tugas proyek mini ini saya menjadi lebih mengerti mengenai teori yang telah dipelajari dan yang berhubungan langsung dengan tugas observasi ini.
Sofyan Sahuri : Menurut saya, observasi ini sangat menarik dan menambah pengetahuan saya mengenai anak-anak pada usia prasekolah.

POSTER




DAFTAR PUSTAKA